BAB I
PENDAHULUHAN
- Latar
belakang
A. Peluang Bisnis
Pembenihan gurami (Osphronemous gouramy) yang sekarang ini
berkembang dikalangan masyarakat pembudidaya ikan mengalami pasang surut hal
itu diakibatkan cuaca yang tidak menentu sehingga beberapa penyakit muncul dan
menyerang benih gurami dengan serangan ringan sampai serangan ganas yang mengakibatkan terjadi kematian massal
pada benih ikan gurami.
Dengan adanya kendala tersebut maka
sering kali terjadi keterbatasan produksi benih gurami sehinga menimbulkan
tidak seimbangnya antara permintaan dan stock benih yang ada. Untuk mengatasi
hal itu perlu pengelolaan benih gurami secara intensif dan teknis yang lebih teratur. Kiranya tepat
apabila bisnis pembenihan gurami yang ada sekarang ini terus dipacu perkembangannya.
Namun harus kita sadari dewasa ini,
bahwa bisnis dibidang pembenihan gurami skala rumah tangga sebenarnya
menjanjikan harapan yang lebih baik sekaligus memberikan peluang pekerjaan yang
lebih luas.
B. Bisnis yang Menguntungkan
Sebelum memulai usaha pembenihan
gurami ini yang perlu kita pertimbangkan dengan matang tentang hal – hal yang
berhubungan dengan aspek usaha. Dan kita dapat meneliti apakah usaha yang akan
dilaksanakan keuntungannya memadai atau tidak bila dibandingkan resiko yang
diterima. Memang kita sadari tidak ada usaha tanpa adanya resiko sekecil apapun
usaha itu.
Berdasarkan kenyataan yang dialami
penulis secara teknis bisnis pembenihan gurami ini akan impas pada SR (Survivel
Rate) 50 % berarti lebih dari prosentase tersebut labanya. Oleh karena itu
dalam pelaksanaan pembenihan ikan gurami harus memperhitungkan factor – factor
yang berpengaruh terhadap SR seperti Suhu air, pH air,DO (Desolved Oxigen),
pathogen dan kebersihan pakan tubifex sp. Kerap kali jika diabaikan dari salah
satu factor tersebut menimbulkan kegagalan. Untuk itu penulis memaparkan teknis
khusus yang telah terbukti signifikan keberhasilannya yang akan dijelaskan di
bab berikutnya.
C. Agribisnis yang Inovative
Agribisnis ikan gurami sekarang ini
perlu adanya inovasi – inovasi baru untuk menjawab beberapa kendala akibat
perubahan drastis lingkungan. Dalam membuka bisnis pembenihan ikan gurami
secara teknis harus melalui pentahapan kegiatannya sebagai berikut :
1.
Pemilihan
dan penetuan lokasi yang akan dijadikan lokasi usaha pembenihan gurami supaya
tidak salah dalam pembuatan sate plannya.
2.
Pembuatan
kolam yang standar untuk pembenihan ikan gurami
3.
Penyediaan
peralatan dan bahan yang akan digunakan
4.
Pemahaman
standar pelaksanaan pembenihan ikan gurami
5.
Dan
tidak kalah pentingnya adalah penentuan buyer / konsumen dan strategi
pemasarannya. Dengan adanya peluang pasar maka pembenihan ikan gurami ini bisa
dijalankan atau produksi benih bisa dijalankan.
D. Segmentasi Pembenihan Gurami
Bisnis Pembenihan Ikan Gurami dikatakan
bersegmentasi adalah kegiatan yang bertahap atau bersegmen. Tahapan – tahapan
tersebut sebagai berikut:
1.
Tahap
I yaitu tahap pemijahan artinya pembuahan sel telur induk betina oleh sel
sperma induk jantan secara eksternal, menghasilkan telur fertilizer.
2.
Tahap
II yaitu tahap penetasan telur artinya
telur yang dibuahi tersebut diambil dari sarangnya kemudian di panen dan di
tetaskan dalam wadah baskom plastic bervolume air 10 liter sampai 15 liter.
3.
Tahap
III yaitu tahap pemeliharaan larva artinya kegiatan pemeliharan benih dari
hasil tahap penetasan telur kemudian dipelihara sampai menghasilkan benih 1 Cm.
4.
Tahap
IV yaitu tahap pendederan artinya kegiatan pemeliharaan benih stadia larva
menjadi benih ukuran 1 cm, bensol, silet, korek api atau bungkus rokok dan
garpit.
Dari
segmentasi itu kita bisa menentukan usaha yang akan kita geluti salah satu dari
tahapan tersebut misal usaha di tahap I saja atau tahap II saja, tahap III saja
atau tahap IV saja.
E. Istilah – istilah Ukuran Benih Gurami
Secara rinci ukuran masing- masing benih
dapat dipaparkan sebagai berikut:
Larva
adalah telur gurami yang baru menetas, berumur
± 1 – 10 hari
Kuaci
, atau daun lamtoro adalah sebutan benih gurami sebesar kuaci atau daun
lamtoro, berumur ± 11 hari -18 hari
½
Centi adalah sebutan benih gurami berukuran 0,5 Cm dan umurnya ± 19 hari – 25
hari
¾
Centi adalah sebutan benih gurami berukuran
0, 75 Cm dan umurnya ± 26 hari – 35 hari
1
Centi adalah sebutan benih gurami berukuran 1 Cm dan umurnya ± 36 hari – 42
hari
Bensol
adalah sebutan benih gurami yang mempunyai ukuran lebar 1,5 – 2,5 cm
Silet
adalah sebutan benih gurami yang mempunyai ukuran lebar 2,5 – 3,5 cm
Korek
api adalah sebutan benih gurami yang mempunyai ukuran lebar 3,5 – 6 cm
Bungkus
Rokok adalah sebutan benih gurami yang mempunyai ukuran lebar 6 -12 cm.
2. Manfaat
Modul
Harapan
penulis Modul Pembenihan Gurami bermanfaat:
1.
Bagi
peserta Diklat ATC (Agri Trainning Camp) :
a.
Peserta
Diklat ATC terbuka wawasannya tentang Bidang Agribisnis
b.
Peserta
Diklat ATC bias menerapkan ilmunya untuk berbisnis dibidang Pembenihan /
pendederan gurami yang innovative
c.
Membuka
usaha yang dapat member inspirasi terhadap masyarakat sekitar
2.
Bagi
para pembaca (masyarakat) terinspirasi berbisnis dibidang Pembenihan ataupun
pendederan gurami apabila digeluti dengan serius keuntungannya bisa dirasakan
untuk menghidupi keluarganya.
BAB
II
TEKNIS
PENDEDERAN IKAN GURAMI
2.1
Syarat Lokasi
Memilih dan
menentukan lokasi yang cocok untuk pembenihan gurami merupakan langkah awal
yang harus dilakukan sebelum membuat bangunan kolam sebagai wadah budidaya
ikan. Sebab lokasi yang tidak cocok dapat memungkinkan mempengaruhi suatu
keberhasilan pada kegiatan pembenihan ikan gurami ini. Beberapa contoh kendala
seperti sulitnya sumber air yang digunakan untuk pengisian air media pemijahan
maupun pemeliharaan larva, sarana angkutan yang sulit masuk ke kawasan
budidaya, benih terserang penyakit, dsb. Oleh karena itu pemilihan lokasi usah
harus melihat berberapa aspek usaha pembenihan gurami ini dengan cermat.
Beberapa aspek yang perlu dipertimbangkan antara lain adalah:
2.1.1
Aspek Teknis
Dalam
pengelolaan usaha Pembenihan gurami aspek teknis yang harus diperhatikan adalah
sebagai berikut:
1. Topografi
Topografi
adalah bentuk keseluruhan dari permukaan tanah misalnya datar, bergelombang,
atau curam. Topografi akan menetukan tipe, luas, jumlah, dan kedalaman masing –
masing kolam yang akan dibuat. Pada prinsip topografi yang dipilih adalah
permukaan tanah yang dasarnya datar atau diperkirakan jika nantinya digunakan
mempengaruhi bentuk bangunan kolam yang ideal untuk budidaya ikan dan system
pemasukan air dan pembuangan air lancar dan tidak menggenang seperti pada
permukaan tanah yang bergelombang. Pada tanah yang bergelombang akan mempengaruhi bentuk kolam yang akan
dibangun kecil – kecil.
2. Elevasi
Elevasi adalah tingkat kemiringan permukaan tanah.Tingkat
kemiringan tanah akan mempengaruhi system pemasukan air dan pembuangan air
kolam. Tingkat kemiringan tanah yang ideal untuk dibangun kolam adalah titik
permukaan tanah terendah dengan titik permukaan tanah tertinggi 5 cm.
c. Tanah
Kedaan jenis tanah yang akan dijadikan kolam perlu
diperhatikan karena akan mempengaruhi langsung terhadap ukuran dan kemiringan
pematang juga akan mempengaruhi porus tidaknya kolam terhadap media airnya.
Tanah yang ideal adalah jenis liat berlempung sedikit berpasir dengan kadar
liat antara 40 – 60 % biasanya mudah dibentuk.
d. Kondisi Air
Air merupakan faktor utama dan sangat penting dalam budidaya
ikan. Tanpa adanya air yang cukup dan berkualitas maka usaha pembenihan akan
mengalami banyak hambatan. Berkaitan dengan masalah air yang perlu diperhatikan
adalah sebagai berikut:
1. Sumber Air
Pada dasarnya sumber air yang biasa
untuk pengairan budidaya ikan yaitu air permukaan (sungai, danau, waduk, mata
air pegunungan) dan air tanah (sumur, artesis). Sumber air ini diharapkan bisa
digunakan untuk budidaya ikan sepanjang
tahun tidak tergantung musiman.
2. Kualitas air
Parameter kualitas air yang cocok
untuk Pembenihan gurami adalah sebagai berikut:
Sifat fisik air meliputi :
Kecerahan
lebih besar dari 10 % penetrasi cahaya sampai dasar perairan.
Muatan
suspensi antara 25 – 400 ppm
Sifat kimiawi air meliputi:
Suhu
air optimum antara 28 – 32 C
Desolved
Oxygen (DO) optimum antara 5- 6 ppm
Point
Hidrogen (pH) optimum antara 6,5 – 7,5
Kandungan
N-NH3 kurang dari 1 ppm
Kandungan
H2S Toxic maksimum 1 ppm
Fosfat
lebih kecil dari 0,02 ppm
Sifat biologi air meliputi:
Sifat biologi
yang paling penting diperhatikan adalah populasi makhluk hidup, baik hewan dan
tumbuhan tingkat tinggi maupun jasad renik yang hidup diperairan tersebut.
Keragraman makhluk hidup diperairan dapat di gunakan sebagai parameter tingkat
kesuburan lingkungan. Semakin tinggi keragaman mahkluk hidup yang ditemukan
semakin subur perairan tersebut.
3. Kuantitas air
Selain
kulitas air yang baik, volume air pun harus mencukupi seluruh areal budidaya
ikan. Jika volume air tidak tercukupi maka usaha budidaya ikan akan tersendat –
sendat karena pemakaian kolam budidaya tidak dapat dioptimalkan sesuai fungsi
yang diharapkan.
4. Kontinuitas air
Persedian air
untuk usaha budidaya harus tersedia sepanjang tahun. Pada saat persedian air
berkurang maka harus diusahakan agar seluruh kolam terisi semua. Dengan
tersedianya air yang cukup maka kebutuhan air untuk mengganti air yang menguap,
air yang bocor serta pengisian air akan lancar.
B. Aspek Sosial Ekonomi
Lokasi untuk
usaha budidaya ikan harus menguntungkan secara ekonomis. Dengan kata laiN,
pemilihan lokasi harus berdasarkan atas efesiensi dan pemasaran. Untuk itu,
pemilihan lokasi usaha budidaya ikan sebaiknya mengikuti kriteria sebagai
berikut:
Dekat dengan
jalan umum
Prasarana
jalan mempunyai peranan yang sangat penting dalam dunia usaha budidaya ikan.
Dengan adanya sarana jalan yang baik akan mempermudahkan transportasi, baik
pengankutan logistic, bahan baku ,
maupun hasil produksi. Selain itu juga akan memperlancar proses pemasaran hasil
produksi, pedagang tidak akan segan segan dating kelokasi untuk melakukan transaksi
jual beli.
Dekat dengan
rumah
Lokasi usaha
budidaya ikan berdekatan dengan rumah akan mempermudah pengawasannya. Jika
lokasi berjauhan dari rumah maka perlu dibuatkan rumah jaga untuk mempermudah
pengelolaan nantinya. Biasanya yang paling ideal memiliki rumah jaga yang menyatu dengan lokasi usaha budidaya ikan.
Daerah
pengembangan budidaya ikan
Pengembangan unit usaha budidaya gurami
ini didirikan harus mendekati atau di daerah pengembangan budidaya ikan
berkaitan erat dengan kemudahan pemasaran hasil produksinya. Jika berada jauh
didaerah terpencil maka akan menyulitkan pemasaran hasilnya.
Keamanan
terjamin
Keamanan ini merupakan syarat yang tidak kalah pentingnya
dengan syarat lainnya karena faktor keamanan ini terjamin maka proses produksi
akan berjalan kondusif dan lancar atau terhindar dari pencurian maupun gangguan
dari hewan – hewan pemangsa seperti burung, ular, lingsang dan hama lainnya.
Perkembangan
kota dan industri
Sebelum membangun unit usaha budidaya ikan harus
dipertimbangkan juga mengenai rencana pengembangan kota dan industri di sekitarnya. Tentu tidak
kita harapkan jika kelak usaha yang mulai dirintis sudah ditutup karena tidak
sesuai daerah peruntukkannya.
Mudah
mendapatkan tenaga kerja
Selain faktor-faktor diatas yang perlu dipertimbangkan juga
mengenai kemudahan mencari tenaga kerja yang trampil dan memiliki dedikasi yang
tinggi dengan imbalan upah yang wajar sesuai upah minimum regional.
Mudah
mendapatkan bahan dan peralatan pembenihan
Kemudahan dalam mencarai
bahan dan peralatan yang dibutuhkan untuk operasional pembenihan penting
mendapat pertimbangan karena akan mempengaruhi tinggi rendahnya biaya yang
diperlukan. Selain itu juga kelancaran dan optimalisasi usaha pembenihan gurami
ini dipengaruhi ketersediaan alat dan bahan yang diperlukan.
Untuk lebih jelasnya
penulis mencamtumkan gambar lokasi Pembenihan Gurami:
2.2 Sarana Prasarana
Untuk kelancaran usaha
budidaya gurami ini diperlukan beberapa sarana yang memadai antara lain sebagai
berikut:
1. Kolam Pendederan
Kolam pendederan berfungsi untuk mendederkan atau membesarkan
larva ikan menjadi benih ikan. Kolam pendederan ini lebih dari satu kolam dan
biasanya pendederan ke-1, berfungsi sebagai tempat memelihara larva hingga
ukuran 1 cm. Kolam pendederan ke - 1 ini berupa bak semen dilengkapi paralon in
let disambung dengan saluran pompa air dan paralon out let berdiameter 1 dim –
2 dim. Ukuran kolam 3 x 5 x 1 meter atau 4 x 6 x 1 meter.
Sedangkan pendederan ke-2, ke-3 dan ke-4 menggunakan kolam
tanah yang pematangnya dilapisi plastic polyback atau semi beton dan ukuran
lebih luas. Dan biasanya kolam ini dibuat dipersawahan yang mudah mendapatkan
air. Dan dilengkapi saluran air masuk adan aliran air keluar.
B. Peralatan Pembenihan
1. Pemijahan, penetasan dan
perawatan larva
a. Tempat sarang berupa sosok / bambu yang dianyam
b. Bahan sarang berupa ijuk, benang plastic dan rumput kering
c. Baskom atau bak plastic berfungsi tempat menetaskan telur dan merawat larva
d. Ember berfungsi
mengambil telur gurami dari sarangnya
e. Saringan teh berfungsi untuk menghitung larva baru menetas
2. Pendederan ke-1
a. Seser berfungsi
menangkap benih saat panen
b. Bak plastic tempat menampung ikan saat dihitung waktu panen
c. Genteng sebagai tempat sembuyian larva di kolam
d. Kantong plastic digunakan untuk wadah benih saat panen
e.
Tabung Oksigen digunakan untuk mengisi oksigen
kedalam plastic yang telah diisi benih gurami.
3. Pendederan ke -2, ke-3
dan ke-4
a. Hapa / waring berfunsi
untuk memanen benih ikan juga bias untuk menanjar benih dikolam
b. Ember berfungsi untuk
tempat pakan yang akan diberikan ke benih
ikan
c. Bak plastic berfungsi
untuk menampung benih saat dihitung
d. Seser digunakan untuk mengambil atau memindah benih
e. Jurigen plastic
digunakan untuk wadah benih saat panen
2.3
Teknis Pelaksanaan Pendederan
A. Pendederan Pertama (P I )
Pendederan pertama (P I)
adalah pemeliharaan benih dari tingkat stadia larva sampai ketingkat benih
ukuran 1 Cm.
Ukuran kolam yang dipakai adalah Px L x T (3 x 5 x 1) meter.
Ketinggian air 0,3 – 0,5 meter. Kolam
terbuat dari bak semen / beton dengan kemiringan dasar kolam 5 cm dan di ujung
out let dibuatkan cekungan kotak ukuran 0,5 x 0,5 x 0,35 meter gunanya untuk
tempat mengumpulnya benih saat panen jika air disurutkan melalui out let. Padat
tebar larva 250 – 500 per meter persegi.
1. Persiapan Kolam Pendederan Pertama (P I)
Persiapan kolam pendederan pertama (P I) sesuai prosedur
berikut ini:
1. Periksa kolam
yang akan digunakan jika terjadi kebocoran lakukan penembelan dengan semen
sampai tertutup baik.
2. Lakukan Standar Prosedur Operasi Sanitasi Kolam ( SPO Sanitasi
kolam) dengan baik :
Siapkan
alat dan bahan untuk sanitasi kolam
Alat yang digunakan:
a. Sapu lidi
b. Sikat Pakaian
c. Ember
d. Gayung
Bahan Sanitizernya yang digunakan :
a. Diterjen
b. Klorine
Seluruh
permukaan kolam disiram air bersih
Siram
dengan klorine 100 ppm untuk menghilangkan lumut yang menempel di dinding kolam
dan membasmi bibit penyakit lalu diratakan sambil digosok dengan sapu lidi
Bilas
dengan air bersih sampai klorine tidak lengket dan tidak licin
Siram
dengan diterjen sambil digosok dengan sikat pakain sampai rata didinding kolam
Siram
dengan air bersih sambil digosok sampai bersih tidak ada busa didinding kolam
Keringkan satu hari untuk menguapkan pengaruh diterjen
dan clorine.
3. Setelah
SPO sanitasi dilakukan, kolam pendederan siap diisi dengan air bersih (atau air
sumur) setinggi 0,3 – 0,5 meter, sebarkan merata cairan MGO 1 gram per 10 kubik
air lalu diamkan 1 -2 hari.
4. Setelah media air sudah
stabil maka larva gurami bisa ditebar
ke kolam pendederan
2. Memilih Benih Larva
Kreteria benih yang akan ditebar di pendederan pertama (P I)
sebagai berikut :
1. Asal : larva dari
pemijahan induk unggul bukan satu keturunan
2. Warna : badan berwarna
coklat kekuningan
3. Bentuk tubuh : menyerupai bentuk dewasa dan tidak cacat
4. Gerakan /
Perilaku : aktif dan berpencar. Sangat responsive
terhadap adanya rangsangan luar. Sesekali Berenang kepermukaan air mengambil
oksigen bebas dari udara.
5. Kesehatanya : bebas dari penyakit
3. Aklimatisai dan Menebar
Larva:
Sebelum larva ditebar pada kolam pendederan I larva diadaptasi
dengan lingkungan baru. Caranya:
1. Air yang ada di bak perawatan larva dikurangi setengahnya
2. Bak plastic
yang berisi larva umur 5 - 7 hari diapungkan dikolam pendederan sambil diisi
air dari kolam pendederan sedikit
– sedikit untuk mengganti air yang telah dikurangi tadi
3. Diamkan kurang lebih 5 – 10 menit sampai suhu
sama dengan media air pendederan.
4. Tebar larva berlahan – lahan ke media air pendederan
4. Mengelola Kualitas dan
Kuantitas Air Media
Kualitas dan kuantitas air yang cocok untuk pertumbuhan larva
di pendederan I adalah sebagai berikut:
1. Suhu media air : 29 C –
30 C
2. Nilai pH air : 6,5 – 7,5
3. Nilai Oksigen terlarut :
3 – 5 mg / lt
4. Ketinggian air : 30 cm –
50 cm
Perlakuan terhadap air
media pada satu minggu pertama belum diganti karena kotoran atau endapan bahan
organik belum banyak, setelah lewat satu minggu air media dua hari sekali
diganti airnya setengahnya media air yang digunakan sambil dilakukan sipon
kotoran dan bahan organic yang mengendap didasar kolam karena banyak mengandung
ammonia dan bisa sebagai sumber
penyakit.
Solusi yang tepat perlu di cari dan penulis memberi salah satu
solusi yang bisa menjadi pertimbangan bagi praktisi pemelihara atau pendeder
benih gurami secara tradisional sedikit
menerapkan inovasi baru untuk menghindari fluktuasi suhu yang ekstrime maka
perlu menggunakan tutup plastic tembus cahaya atau polyback atau terpal pada
malam hari dan pagi hari dibuka kembali supaya sinar matahari masuk ke kolam.
Jika menggunakan plastic transparan / tembus cahaya dibuatkan bingkai untuk
ditutupkan permanent seluruh permukaan kolam pemeliharaan benih tanpa adanya
kegiatan buka pada pagi hari dan tutup pada malam hari.
Di kolam pendederan I ini untuk sembunyinya benih dipinggir
kolam diberi Genteng sebanyak 6 buah
setiap 10 ribu larva. Pada ukuran larva sampai 1 Cm ikan suka sembunyi dibawah
genteng.
5. Pakan Untuk Benih
Keberhasilan dalam usaha
pendederan I tidak terlepas dari faktor pakan selain faktor induk dan kualitas
air media pendederan.
Pakan
Alami
Pakan alami adalah pakan ikan berupa fitoplankton (Nabati) dan
Zooplankton (Hewani). Jenis pakan alami ini memiliki ukuran kecil dan cocok
diberikan untuk benih ikan.
Benih ikan gurami yang masih larva memiliki kecenderungan
bersifat carnivore pemakan hewani sehingga sangat cocok jenis zooplankton yang
diberikan kebenih gurami tersebut. Zooplankton sangat menarik perhatian benih
karena bergerak dan larva segera memangsanya.
Keuntungan pemberian pakan alami ini adalah tidak mudah rusak ,
tetap hidup bersama larva diair, tidak mencemari dan mengotori air. Dengan demikian jika larva gurami ini lapar
akan mudah mendapatkan pakan.
Kandungan pakan alami ini juga mengandung gisi yang cukup baik
untuk pertumbuhan larva. Beberapa jenis pakan alami dengan kandungan gisinya
dapat dilihat pada Tabel 3.
Tabel 3. Kandungan Gisi
Beberapa Jenis Pakan Alami
Jenis Pakan Alami
|
Kandungan Gisi (%)
|
||||
Kadar air
|
Protein
|
Lemak
|
Serat Kasar
|
Abu
|
|
Klorela
Branchionus
Cacing
tubifek
Nauplius
Artemia
Artemia
dewasa
Moina
Daphnia
Larva
Chironomus
|
-
85,75
87,19
81,90
-
90,60
94,78
87,06
|
30,00
8,60
57,00
55,00
62,78
37,38
42,65
56,60
|
15,00
4,50
13,30
18,90
6,51
13,29
8,00
2,86
|
-
-
2,04
-
-
-
2,58
-
|
15,00
0,70
3,60
7,20
-
11,00
4,00
4,94
|
Memberian
Pakan Untuk Benih
Telur Gurami akan menetas setelah 3 hari dengan kantung kuning
telur ditubuhnya yang disebut juga yolksac.
Pada stadia ini larva belum membutuhkan makanan dari luar selama umur 12
hari. Setelah kuning telurnya habis
barulah benih diberi pakan alami berupa ( Cacing sutera atau moina atau
dapnia).
Jika cacing sutera ini mudah di dapat maka yang paling ideal
diberikan cacing sutera ini karena akan lebih mempercepat pertumbuhan terkait
dengan kandungan protein tinggi sekitar 57 %. Pemberian pakan ini secukupnya
untuk 10.000 ekor hari pertama 1 kaleng dan diberi pakan lagi diperkirakan
cacing habis. Pemberian pakan cacing sutera / tubifek ini jumlahnya meningkat
terus seiring dengan bertambahnya berat badan ikan larva ini. Pada dasarnya
pemberian pakan ini secukupnya dan tidak menutup kemungkinan pemberiannya tidak
setiap hari jika cacing tubifek dikolam sudah menipis bisa segera ditambah
dengan jumlah lebih dari hari sebelumnya, ditempatkan didasar kolam dan harus
dijaga masih hidup.
6. Lama Pendederan Pertama
(P I)
Lama pendederan pertama (P I) antara
38 hari - 42 hari sudah bisa menghasilkan
benih ukuran 1 cm dengan Survivel Rate 70 % - 90 %. Keseragaman ukuran saat
panen adalah 90 %.
Lama Pendederan pertama (P I) akan berjalan sesuai dengan
jadual pemeliharaan hal ini dipengaruhi oleh pertumbuhan ikan secara normal dan
pertumbuhan ikan yang normal ini akibat pakan yang cukup, kualitas air yang
baik dan kesehatan ikan baik atau tidak terinfeksi penyakit. Jika terjadi
gangguan kesehatan dan kualitas air yang jelek atau bahkan pakan yang kurang
akan mempengaruhi pertumbuhan benih lambat sehingga pemeliharaan akan lama.
B. Pendederan II, III, IV dan V
Pendederan II, III, IV dan
V yang membedakan hanya tujuan hasil benih yang akan di panen adalah sebagai
berikut:
Pendederan
II adalah pemeliharaan benih tingkat ukuran 1 Cm sampai ke tingkat benih ukuran
1,5 – 2,5 Cm (Bensol)
Pendederan
III adalah pemeliharaan benih tingkat ukuran 1,5 – 2,5 Cm sampai ke tingkat
benih ukuran 2,5 – 3, 5 Cm (Silet)
Pendederan
IV adalah pemeliharaan benih tingkat ukuran 2,5 – 3,5 Cm sampai ke tingkat benih ukuran 3,5 – 4,5
(Korek api)
Pendederan
V adalah pemeliharaan benih tingkat ukuran 3,5 – 4,5 Cm sampai ke tingkat benih
ukuran 4,5 – 5,5 Cm (Bungkus Rokok).
Kolam yang digunakan adalah kolam tanah dengan ukuran 20 x 15 x
1 meter. Ketinggian air antara 0,5 – 0,75 meter.
Tabel 4. Proses
produksi benih ikan gurami pada setiap Tingkatan pemeliharaan.
No
|
Standar
|
Satuan
|
PII
|
PIII
|
PIV
|
PV
|
1
|
Pupuk
Organik
|
Gr / m2
|
200
|
200
|
200
|
200
|
2
|
Kapur
|
Gr / m2
|
50
|
50
|
50
|
50
|
3
|
Ukuran
Lebar Benih
|
Cm
|
1,00
|
1,5 – 2,5
|
2,5 – 3,5
|
3,5 - 4,5
|
4
|
Padat Tebar
|
Ekor/m2
|
400
|
300
|
200
|
100
|
5
|
Pakan
· Tingkat Pemberian
· Frekuensi
|
% Biomass
kali/hari
|
20
2
|
10
2
|
5
2
|
4
2
|
6
|
Waktu
Pemeliharaan
|
Hari
|
30
|
40
|
40
|
40
|
7
|
SR
|
%
|
70
|
70
|
80
|
80
|
8
|
Ukuran
Panen
|
cm
|
1,5 – 2,5
|
2,5 – 3,5
|
3,5 – 4,5
|
4,5 – 5,5
|
Pada dasarnya kegiatan
pemeliharaan benih sama adalah sebagai berikut :
1. Persiapan Kolam
Pendederan II, III, IV dan V
Tujuan dari pengeringan kolam adalah memutus siklus penyakit, membrantas hama , membuang gas – gas beracun (ammonia dan
H2S).
Tujuan dari pemupukan adalah memperbaiki struktur dasar kolam,
menyediakan unsure hara di tanah, dan menumbuhkan pakan alami.
A. Alat dan Bahan
Alat yang diperlukan adalah sebagai
berikut:
1. Bajak
2. Cangkul
3. Sabit
4. Saringan air
5. Penggaruk Lumpur
6. Ember
Bahan yang diperlukan adalah sebagai berikut:
1. Kapur pertanian
2. Pupuk organic
3. Pupuk Anorganik
B.
Santadar Prosedur Operasi
B1. Menetup Saluran air
masuk
·
Bersihkan
saluran air
·
Tutup
saluran air masuk
·
Buka
saluran pengeluaran air
·
Biarkan
sampai air habis
B2. Pengeluaran air
·
Buka
pintu pengeluaran air
·
Tutup
saluran air masuk
·
Bak
control di depan pintu pengeluaran air, atur posisi pintu
B3. Pengeringan tanah
·
Buat
saluran air keliling kolam (caren) dengan lebar 50 cm kedalaman 40 cm
·
Biarkan
tanah kering 3-4 hari
·
Pengeringan
tanah bisa dimulai sebelum atau sesudah pengolahan tanah dasar kolam
B4. Pengolahan tanah dasar
·
Balik
tanah dengan dibajak atau menggunakan cangkul
·
Garu
tanah agar rata dengan atau tanpa dijemur
·
Bila
tidak bisa dilakukan pembajakan / cangkul dapat dilakukan dengan cara meratakan
Lumpur dasar dengan menggunakan sorok / penggaruk.
B5. Pemupukan dan
pengapuran
·
Kapur
sebelum tanah dibajak dengan kapur pertanian dosis 2 ons / m2
·
Lanjutkan
dengan pemupukan dengan pupuk kandang 2 – 3 ons / m2 dan pupuk urea 1 ons / m2
B6. Perawatan saluran dan
pematang
·
Bersihkan
saluran / caren dari Lumpur, kemudian Lumpur digunakan untuk perbaikan pematang
(keduk teplok)
·
Tambal
bagian kolam yang bocor
B7. Pengisian air dan tebar
benih
·
Buka
saluran pemasukan air dan tutup saluran pengeluaran, isi air sampai mencapai
ketinggian 40 cm.
·
Biarkan
selama 3 – 4 hari sampai pakan alami tumbuh
·
Benih
siap ditebar.
C. Memilih Benih kualitas
baik
Kreteria benih yang akan ditebar di pendederan (P II, PIII, P
IV dan P V) sebagai berikut :
1. Asal : larva dari pemijahan induk unggul bukan satu keturunan
2. Warna : badan berwarna coklat Kehitaman dan bagian perut berwarna putih
3. Bentuk tubuh :
menyerupai bentuk dewasa, tidak cacat / kelengkapan
tubuh sempurna
4. Gerakan / Perilaku
: pasif dan berpencar. Sangat responsive
terhadap adanya rangsangan luar. Sesekali Berenang
kepermukaan air mengambil oksigen bebas dari udara.
5. Kesehatannya : bebas dari penyakit
D. Aklimatisasi Dan Menebar
Benih
Sebelum larva ditebar pada kolam pendederan benih diadaptasi
dengan lingkungan baru. Caranya:
1. Kantong plastic yang berisi benih diapungkan dikolam pendederan
2. Diamkan kurang lebih 5 – 10 menit sampai suhu
sama dengan media air pendederan.
3. Tebar larva
berlahan – lahan ke media air pendederan dan usahakan
benih keluar sendiri ke kolam
E. Mengelola Kualitas Air
dan Kuantitas Air
Pengelolaan kualitas air
adalah cara pengendalian kondisi air sedemikian rupa sehingga memenuhi
persyaratan fisik dan kimiawi bagi kehidupan dan pertumbuhan benih gurami. Dari
sekian banyak sifat –sifat fisik dan kimiawi air hanya beberapa saja yang
menjadi variable kunci antara lain:
a. Sifat Fisik
1. Suhu
Peranan suhu baik secara langsung maupun tidak langsung sangat
menentukan pertumbuhan maupun kehidupan benih yang dipelihara. Dalam batasan
tertentu, kecepatan pertumbuhan larva ikan meningkat sejalan dengan naiknya
suhu air, akan tetapi daya kelangsungan hidupnya menurun pada suhu tinggi di
atas ambang batas maksimal.
Suhu yang ideal untuk pertumbuhan yang baik dan kelulusan hidup
yang baik pula yaitu pada suhu kiasaran 28 C – 32 C. Untuk itu para praktisi
pendeder benih ikan penting memperhatikan fluktuasi suhu siang dan malam,
ketika siang hari suhu bernilai tinggi dan malam hari suhu bernilai rendah hal
itu bisa mengakibatkan benih ikan stress dan munculnya penyakit ikan. Pada suhu air rendah maka pathogen yang tidak
dkehendaki akan berkembangbiak. Pada air yang hangat , bakteri akan mati dan
tidak akan berkemangbiak. Selain itu juga air yang bersuhu hangat akan
merangsang ikan tersebut untuk meningkatkan frekuensi makannya kerena proses
metabolisme ikan menjadi lebih cepat.
Secara tidak langsung, suhu juga dapat mempengaruhi kelarutan
oksigen pada media air pemeliharaan benih serta meningkatkan rekasi kimia
termasuk aktivitas jasad renik. Semakin tinggi suhu air maka daya larut oksigen
semakin rendah begitu pula semakin tinggi suhu air semakin meningkat ammonia
yang tidak terionisasi. Dengan demikian perlu diperhatikan supaya suhu stabil ideal
untuk pertumbuhan yaitu kisaran 28 -32 C dengan cara meninggikan air media 0,5
m – 0,6 m.
2. Kekeruhan
Kekeruhan media air pemeliharaan benih oleh plankton, sisa
pakan buatan atau oleh faeses ikan berakibat buruk bagi benih ikan yang
dipelihara karena kualitas air akan menurun bahkan pada akhirnya menimbulan gas
beracun seperti ammonia berbahaya bagi kehidupan benih sampai bisa
mengakibatkan kematian masal.
Oleh karena itu, bagi pemelihara benih dalam memonitor kualitas
air, yang perlu diperhatikan adalah tingkat kekeruhan media air pemeliharaan.
Untuk menghindari tingkat kekeruhan tinggi maka air mengalir terus menerus pada
media pendeder merupakan suatu solusi tepat.
b. Sifat Kimia
1. Kadar Oksigen Terlarut
Kadar oksigen yang cukup diperairan sangat diperlukan larva
ikan untuk pertumbuhan dan kelangsungan hidup. Kandungan oksigen diperairan
tidak boleh kurang dari 3 ppm, dengan kadar oksigen diatas 3 ppm kehidupan dan
pertumbuhan dari larva akan normal. Jika dibawah kadar oksigen 3 ppm pertumbuhan
lambatbahkan jika kurang 1,2 ppm larva ikan akan mati.
Kadar oksigen terlarut juga berfluktuasi harian (diurnal) dan tergantung pada
percampuran (mixing), pergerakan (turbulence) massa air, aktivitas fotosintesa, respirasi
dan limbah (effluent) yang masuk
kebadan air.
Peningkatan suhu sebesar 1 C akan meningkatkan konsumsi oksigen
sekitar 10 %. Dekomposisi bahan organic dan oksidasi bahan anorganik dapat
mengurangi kadar oksigen terlarut hingga mencapai nol (anaerob).
2. pH air
pH air yang rendah dapat secara langsung berpengaruh terhadap
pertumbuhan dan kelangsungan hidup benih ikan. Para
ahli berpendapat, bahwa pH air serendah 6,4 dapat menurunkan laju pertumbuhan
60 %. pH air yang ideal untuk pertumbuhan benih ikan antara 6,5 – 7,5.
Sejalan dengan bertambahnya umur pemeliharaan benih ikan maka
penumpukan asam organic akan bertambah banyak, yang berakibat semakin rendahnya
pH air terutama dibagian dasar. Oleh karena itu perlunya refreshment media air
dengan cara pengaliran air terus menerus pada media air pendederan.
Kuantitas air media kolam pendederan dengan ketinggian air 50
cm – 60 cm dan debit air irigasi 0,4 liter per detik mengalir terus menerus
selama pemeliharaan benih untuk menjaga kualitas air tetap baik / penyegaran (refreshment).
D. Pakan Untuk Benih PII,
PIII,PIV dan PV
Pemberian pakan pada tahap
pendederan II, III, IV dan V perlu dilakukan sampling berat rata – rata benih
(minimal 30 ekor ikan sample) untuk menentukan jumlah pakan yang akan
diberikan. Cara menghitung jumlah pakan yang diberikan adalah jumlah populasi
ikan dikalikan berat rata – rata benih dikalikan prosentase pemberian pakan.
Benih ikan sudah bisa diberi pakan buatan (Pellet) dan dipilih
pakan yang gisi lengkap terutama kadar protein antar 36 % - 42 % supaya pertumbuhan
ikan normal.
Tingkat pemberian pakan pada masing – masing tahap pendederan
berbeda-beda. Tingkat pemberian pakan PII = 20 %, PIII 10 % , PIV 5 % dan PV 4
% serta dosis pemberian pakannya 2 kali / hari pagi jam 08.00 WIB dan Sore hari
ja 16.30 WIB.
E. Panen Benih
Benih gurami siap dipanen tergantung dari
permintaan konsumen. Hampir semua ukuran benih gurami mendapatkan permintaan
dari konsumen misal benih ukuran larva sampai bungkus korek bahkan bungkus
rokok. Semakin besar ukuran benih tingkat kematianya sedikit karena mudah
beradaptasi terhadap lingkungan dengan
kelengkapan alat pernapasan tambahan selain insang yaitu labirin. Benih akan
tahan terhadap oksigen rendah tapi masih pada kisaran ambang batasnya.
Jika transaksi jual beli sudah disepakati
harganya dan hari panen ditentukan bersama. Sebelum dipanen benih ikan
dipuasakan atau dilakukan pemberokan 1 hari untuk mengeluarkan kotoran dari
perut ikan supaya benih tidak stress di dalam wadah pengangkutan.
Apabila benih banyak mengeluarkan kotoran
setelah dalam wadah kemasan maka kotoran tersebut akan menurunkan kualiatas air
dan mengurangi kandungan oksigen jika kondisinya seperti ini akan meningkatkan
mortalitas benih selama pengangkutan.
Cara memanen benih harus dilakukan dengan
hati – hati supaya benih tidak stress.
Memanen benih 1 cm caranya sebagai berikut:
a. Air kolam
dikurangi setengahnya sambil air kolam dipercik
– percikan permukaannya supaya ikan tidak stress.
b. Siapkan bak plastic volume 10 liter diisi air
kolam 7 liter
c. Benih mulai
diseser sedikit – sedikit dimasukan ke bak plastic
yang sudah disiapkan dan jika diperkirakan benih sulit diseser pakai jaring kecil gunakan waring halus yang panjang
d.
Hitung benih setiap bak plastic di isi benih 2000
e.
Setelah dihitung benih siap dikemas
Cara memanen dan mengemas benih pada P II,
PIII, PIV dan PV, sebagai berikut :
a. Jaring yang panjangnya 15 meter dibentangkan pada
lebar kolam pendederan dilakukan
oleh 4 orang
b. Jaring digeser sampai 1 / 3 luas kolam
c. Tangkap benih ikan menggunakan waring halus
panjangnya 5 meter
d. Benih ikan dimasukkan bak plastic dan dihitung
e. Benih dimasukkan ke wadah galon plastic system terbuka
dengan kepadatan 150 / galon
plastic.
F. Pengemasan Benih
Pengemasan benih 1 cm menggunakan kantong
plastic yang ditambah oksigen berbeda dengan benih ukuran bensol, silet ,
bungkus korek api, dan bungkus rokok dikemas pada wadah galon plastic system
terbuka.
Kepadatan pengemasan masing - masing ukuran
berbeda –beda jumlahnya. Jika ukuran kantong plastic berdiameter 50 cm dan
tinggi 90 cm maka jumlah benih untuk ukur ½ cm sebanyak 2500 / platik , ukuran 1 cm sebanyak 2000,
ukuran bensol sebanyak 500 / jurigen, ukuran silet sebanyak 250 - 300 / jurigen
dan ukuran bungkus korek 150 – 175 / jurigen.
Cara mengemas benih 1 cm system tertutup
dalam wadah kantong plastik waktu tempuh pengangkutan 6 - 8 jam sebagai berikut:
a.
Pilih plastic yang tebal ukuran diameter 50 cm dan tinggi 190 cm
b. Plastik dilipat setengahnya (95 cm) menjadi
lapisan rangkap dua sambil ditarik kedalam .
c. Plastik diisi air dari kolam jernih 1 / 4 bagian dari
tinggi plastic dan tambahkan antibiotic Oxytetracycline
sebanyak 1mg bertujuan untuk mengobati luka pada tubuh ikan akibat gesekan ikan atau penangkapan
ikan di kolam.
d. Benih dimasukkan kantong plastic yang sudah
diisi media air kolam sejumlah 1500 ekor
e. Kantong plastic
yang sudah ada benihnya dikempiskan supaya udara bebas yang ada dikantong
plastic keluar
f. Segera ditiupkan
oksigen murni kedalam kantong plastic 1/5 bagian
dari tinggi kantong plastic
g. Ikat dengan
karet gelang ujung kantong plastic berisi benih yang diisi oksigen tersebut supaya tidak lepas oksigen murni yang telah dimasukkan.
h. Tata sesuai
urutan pakcing atau beri nomor / tanda urutan agar
benih packing pertama dapat ditebar pertama pula.
i. Beri alas pada
tempat tatakan supaya terhindar dari gesekan
dan juga pada sela-sela kantong plastic diberi es batu bungkusan 1 kg untuk menstabilkan atau penyejuk suhu mendekati 20 C karena metabolisme akan
rendah sehingga mengurangi resiko
kematian.
2.4
Kendala dan Cara Mengatasi Penyakit Ikan
Beberapa kendala yang sering muncul pada Tahap pendederan
sebagai berikut:
A.
Benih terjangkit Penyakit Bintik Putih
Penyebabnya adalah Ichthyophthirius
multifilis
Bio-ekologi
pathogen:
1. Protozoa dari golongan ciliate, terdapat di ekosistem
air tawar.
2. Berbentuk bulat
/ oval berdiameter 50 – 1000 μm diselaputi cilia,
inti sel berentuk seperti tapal kuda.
3. Dalam siklus
hidupnya menginfeksi ikan sebagai inang
4. Serangannya
sangat anas, infeksi berat dapat mematikan hingga
100 % dalam tempo beberapa hari.
5. Menginfeksi
semua jenis ikan air tawar dari benih hingga dewasa
(ikan tidak bersisik lebih sensitive)
Gejala klinis
:
1. Napsu makan
menurun, gelisah
2. Menggosok –
gosokan badan pada benda disekitarnya
3. Frekuensi
pernafasan meningkat (megap – megap), mendekat
ke air masuk
4. Bintik – bintik
putih di sirip, kulit atau insang sehingga sering disebut “ penyakit bintik putih”
BAB
IV
Diagnosa:
1. Preparat ulas :
lendir / sirip/ insang.
2. Menggunakan
mikroskop untuk melihat morfologi parasit
Cara Pengendaliannya:
1. Mempertahankan
suhu air 28 – 32 C
2. Menjaga stamina
dan meningkatkan ketahanan tubuh ikan melalui
imunostimulasi (vitamin C)
3. Meningkatkan
frekuensi pergantian air media
4. Perendaman dalam
larutan campuran antara malachite Green
Oxalate (MGO) 0,15 ppm dengan formalin 15 ppm selama
12 – 24 jam.
B.
Benih Terjangkit Penyakit Gatal
Penyebab : Trichodina
sp
Bio – ekologi
pathogen:
1. Ciliata,
berbentuk bundar, simetris dan sisi leteral berbentuk lonceng
2. Memiliki cincin
dentikal yang berfungsi sebagai alat penempel
3. Menginfeksi
kulit, sirip dan insang benih ikan yang baru menetas
hingga umur 1 bulan.
4. Memakan sel-sel
kulit yang hancur dan mengakibatkan iritasi
pada kulit
5. Kematian ikan
yang diakibatkannya mencapai 50 % dari total
populasi.
Gejala
klinis:
1. Pucat, nafsu
makan menurun, gelisah dan lamban
2. Menggosok –
gosok badan pada benda disekitarnya (gatal)
3. Frekuensi
pernafasan meningkatkan dan sering meloncat- loncat.
4. Iritasi sel
epitel kulit, produksi lender brlebih sehingga berwarna
kecoklatan atau kebiruan.
5. Sirip rusak atau
rontok
Diagnosa:
1. Preparat ulas:
lender / sirip / insang
2. Menggunakan
mikroskop untuk melihat morfologi parasit.
Pengendalian:
1. Mempertahankan
suhu air 28 – 30 C
2. Menjaga stamina
dan meningkatkan ketahanan tubuh
3. Menjaga kualitas
air dan frekuensi pergantian air lebih sering
4. Perendaman
dengan formalin 15 ppm selama 12 – 24 jam
5. Perendaman
dengan methylene blue 3 -5 ppm selama 12 jam
6. Perendaman
dengan Acriflavin 10 – 15 ppm selama 15 menit
C.
Benih Terjangkit Cacing Kulit
Penyebab : Gyrodactylus
sp.
Bio – ekologi
pathogen :
1. Cacing kecil
yang bersifat ekto – parasit dan berkembang biak
dengan beranak
2. Menginfeksi
kulit dan sirip semua jenis ikan air tawar terutama
ukuran benih
3. Tidak memiliki
titik mata dan pada ujung kepalanya terdapat 2
buah tonjolan
4. Penularan secara
horizontal, pada anak cacing lahir dari induknya.
Gejala Klinis
1. Nafsu makan menurun, lemah, tubuh berwarna gelap, pertumbuhan lambat dan produksi lender
berlebihan
2. Peradangan pada
kulit disertai warna kemerahan pada lokasi
penempelan cacing
3. Menggosok –
gosokkan badan pada benda disekitarnya
Diagnosa
1. Preparat ulas :
insang
2. Menggunakan
mikroskop untuk melihat morfologi parasit
Pengendalian
1. Menjaga kualitas
air dan meningkatkan ketahanan tubuh ikan
2. Frekuensi
pergantian air lebih sering
3. Perendaman dalam
larutan kalium permanganate (PK) dosis
0,01 % selama 12 jam
4. Perendaman
dengan metylene blue 3 – 5 ppm selama 12 jam
5. Perendaman dalam
larutan garam (NaCl) 1 – 2% selama 10 menit
dilkukan berulang-ulang
6. Perendaman dalam
larutan formalin 25 ppm selama 24 jam atau
200 ppm selama 15 menit.
D.
Benih Terjangkit Argulusis
Penyebab : Argulus
sp.
Bio – ekologi
pathogen:
1. Parasit ini
dikenal dengan kutu ikan dan pengisap darah
2. Berbentuk dasar
dan lebih nampak seperti piring
3. Melakai tubuh
ikan dengan bantuan enzim cytolytic
4. Selain pda
kulit, kutu ini sering dijumpai dibawah tutup insang
ikan.
5. Hampir semua
jenis ikan air tawar rentan terhadap infeksi parasit
ini.
6. Pada intensitas
serangan yang tinggi, ikan dewasapun dapat
mengalami kematian karena kukarangan darah.
Gejala
klinis:
1. secara visiual
parasit ini seperti kutu yang menempel pada tubuh
ikan, disertai dengan pendarahan di sekitar gigitannya
2. Iritasi kulit,
hingga keseimbangan, berenang zig – zag, melompat
kepermukaan air dan menggosokan badannya pada
benda keras yang ada disekitarnya.
Diagnosa:
Secara visual terlihat adanya parasit yang menepel pada
tubuh ikan.
Cara Pengendaliannya:
1. Pengeringan
dasar kolam yang diikuti dengan pengapuran
2. Perendaman dengan garam dapur pada dosis 1,25 % selama 15 menit.
BAB
III
ANALISA
USAHA
Pemeliharaan Larva Gurami
10.000 ekor selama 36 hari (ukur 1 cm)
1.
Biaya
produksi / operasional
-
Beli
nener/larva gurami 10000 ekor x @Rp 35 =
Rp. 350.000,00
-
Pakan
cacing merah (Tubifex) 40 kaleng x @Rp4500 =Rp.
180.000,00
-
Biaya
listrik (menghidupkan Pompa Air) =Rp. 50.000,00
- Transportasi beli pakan = Rp. 100.000,00
- Biaya tak terduga = Rp. 100.000,00
Total---------------------------------------------------------------------------------------------------
Rp. 780.000,00
2.
Pendapatan/Hasil
Penjualan 8000 ekor x @ Rp 200 =
Rp.1.600.000,00
3.
Keuntungan
= Rp.1.600.000,00 – Rp.780.000,00 =
Rp.820.000,00
Analisa ekonomi :
R/C Ratio = Rp 1.600.000 /
Rp 780.000 = 2.051
B/C Ratio = Rp 820.000 / Rp 780.000 = 1.051
BEP Produksi = Total Biaya
/ Harga Jual
= Rp. 780.000 / Rp. 200
= 3900 ekor
BEP Harga = Total Biaya /
Total Produksi
= Rp. 780.000 / 8000 ekor
= Rp. 97.5
Usaha ini layak
dikembangkan karena R/C ratio> 1 dan B/C Ratio > 0
PENUTUP
Dari paparan teknis pendederan ikan gurami yang dilengkapi
data analisa usaha diatas maka usaha ini
perlu dikembangkan dan dapat dijadikan alternatif usaha dibidang agribisnis
bagi para peserta ATC dan pembaca modul ini.
Semoga
bangsa ini jaya dengan adanya generasi muda yang penuh semangat juang dalam
berwirausaha dan ber-inovative dibidang agribisnis ini.
Komentar ini telah dihapus oleh pengarang.
BalasHapusTHANKS U SUCCES TO YOU CONGRUTOLITION START YOUR AGRIBUSSINES
Hapusberapa ukuran kolam yang ideal untuk pembesaran, melihat kuantitas benih yang di budidayakan
BalasHapus15m x 10m x 1,5m padat tebar 7-15 ekor / m2, total benih ikan 1200 ekor, pakan 30 sak pellet + kangkung, dipelihara 9 bulan target produksi 1 ton
Hapus